Rahasia Kesuksesan Para Ulama dalam Mencetak Sebuah Generasi Melalui Lembaga Pendidikan
Kurang lebih seperti itu pertanyaannya.
Tak lama setelah berhentinya kelas belajar mengajar di kampus Zad secara online, tiba-tiba muncul sebuah notifikasi pesan dari salah satu mahasiswi yang tengah menyelami pendidikannya di STIPI Maghfirah Bogor.
Wow ...
Masya Allah tentu kita tahu bahwa STIPI Maghfirah itu adalah suatu kampus yang lembaganya fokus dalam mencetak para pendidik unggul yang memiliki manajemen pendidikan yang berkualitas.
Namun yang akan jadi pembahasan saya kali ini adalah mengenai pertanyaan yang beliau lontarkan kepada saya "Mau konsultasi dong ukhti, bagaimana bisa para ulama sukses mencetak generasi dengan lembaga pendidikan mereka ?".
Saya pun mulai dibuat curiga dengan pertanyaan tadi, karena ada dua kemungkinan penyebab orang tersebut bertanya.
1. Karena ketidaktahuan atas perkara tersebut.
2. Karena ingin menguji saya .
Cukup berat memang pembahasannya namun apa boleh buat? saya pun mencoba memecahkan pertanyaan ini dengan perspektif saya, tentunya saya juga tidak luput untuk menyertakan sumber-sumber yang rojih dari Al-Qur'an dan Sunnah serta perkataan ulama ketika menjelaskan, juga tak luput pula saya bertanya kepada para Masyayikh dan Syaikhah yang berada di kampus Zad mengenai pertanyaan tadi.
Baiklah insya Allah di sini saya akan memulai penjelasan dari pertanyaan tadi lewat perspektif saya, juga sambil menunggu jawaban dari para masyayikh.
Berikut penjelasannya :
Ketika kita melihat kesuksesan pada suatu generasi maka jangan hanya terfokus pada lembaga pendidikannya saja, namun lihatlah perkembangan sumber daya manusia yang hidup di lembaga tersebut, cari tahu bagaimana cara mereka mengaplikasikan Alquran dan as-sunnah dalam kehidupan. Lihat bagaimana "Himmah" dan semangat mereka yang tinggi dalam menuntut ilmu meski hidup dengan serba berkecukupan.
Lihat juga bagaimana para ulama salaf bisa istiqomah di ranah penulisan tanpa mengenal siang dan malam.
Berjuang serta bergelut dengan tinta dan kertas sehingga bisa membuahkan ribuan karya yang ilmunya sampai kepada kita melalui tulisan tangannya.
Tentunya semua faktor di atas tidak terlepas dari kacamata islam, dan jangan salah juga kalau ternyata pergantian zaman justru ikut berpartisipasi dalam pengaruh tinggi rendahnya kualitas suatu generasi.
Nah kita ini sekarang hidup di zaman fitnah dan kita hidup di suatu generasi yang mana kualitas adab dan moralnya merosot jauh. Karena itu ada hikmah besar juga dibalik berdirinya kampus STIQ Zad Cianjur, salah satunya mencetak generasi Al-Qur'an yang berkualitas.
Oke sekarang kita masuk ke penjelasan terkait perbedaan zaman antara 14 abad yang lalu dengan zaman sekarang. Jelas lah sangat jauh perbandingannya jika ditinjau dari sisi ibadah, pendidikan, akhlak, moral, adab dan lain-lain.
Dan untuk perkara ini tentunya sudah menjadi sunnatullah juga ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda mengenai "setiap generasi akan mengalami penurunan" diambil dari Hadits masyhur :
خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
Sebaik-baik masa adalah pada masaku (bersama sahabat) kemudian orang-orang yang hidup sepeninggalku (yaitu Tabi'in) kemudian mereka yang hidup sepeninggalnya (Tabi'ut tabi'in).
H.R. At-Tirmidzi
Maka bisa kita ambil kesimpulan dari hadis di atas bahwa munculnya generasi terbaik terpacu pada tiga masa (terhitung semenjak Rasulullah diangkat sebagai nabi dan rasul sampai sepeninggal tabi'in yang terakhir).
Dari tiga masa yang emas ini mayoritas ahlul 'ilm menyebutnya dengan Al-Quruun Al-Mufadhalah (abad-abad yang diutamakan) pun sudah menjadi jaminan dari Rasulullaah shallallahu ‘alahi wa sallam bahwa yang hidup di masa-masa ini adalah sebaik-baik manusia. Namun apakah karena julukan ini bisa dikatakan bahwa mereka telah terbebas dari fitnah-fitnah ? Tentu tidak.
Justru fitnah-fitnah mulai banyak terjadi semenjak zaman sahabat (sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam). Namun dizaman tersebut tentunya lebih mudah mengantisipasi fitnah-fitnah yang terjadi.
Dan dari hadits tadi, jelas sudah bahwa kondisi generasi setelah peninggalan Tabi'ut tabi'in bukan dalam kondisi yg baik-baik saja, melainkan ada penurunan dari sisi kualitas.
Selanjutnya, faktor yang dapat membantu keberhasilan dalam mencetak generasi emas adalah kesabaran para guru atau para pendidik dalam mengajarkan ilmu kepada anak didiknya.
Dikisahkan bahwa Imam Syafi'i -rahimahullahu ta'ala- memiliki banyak anak murid yang mana ada dari salah satunya itu sulit menerima ilmu yang diajarkan Imam Syafi'i kepadanya. Dengan sabarnya beliau mengulang-ulang hingga puluhan kali dalam satu permasalahan (Fiqh), hingga sang anak merasa malu dengan teman yang lainnya, lantas dia izin pamit undur diri dari majelis ilmu tersebut. Lalu sang guru -yakni Imam Syafi'i- menghampirinya secara sembunyi-sembunyi dan mengulang lagi pembahasan yang belum dipahami anak tersebut.
Lihatlah buah dari kesabarannya .
Tahukah kalian apa yang terjadi pada anak didik Imam Syafi'i tadi ?
Justru beliau menjadi salah satu sosok ulama terkemuka yang mengajarkan ilmu-ilmu yang beliau ambil dari Imam Syafi'i, bahkan beliau jugalah yang meriwayatkan pendapat Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm yaitu kitab induk madzhab Syafi'i. Ya Beliau bernama Rabi' bin Sulaiman .
Dan faktor terkahir (dalam perspektif saya) yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dari orang tua terutama ibu.
Kenapa bisa demikian ?
Pernah kah kalian mendengar kisah fenomenal dan sangat terkenal tentang Imam Ahmad ? Atau dibalik kisah suksesnya Al-Imam Al-Bukhori dalam pencarian hadits-hadits shahih ? Atau dibalik kisah seorang qori' yang suaranya dikenal dunia bernama Syaikh As-Sudais ?
Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah .
Ternyata dibalik kesuksesan para ulama dalam menyebar luaskan ilmu adalah tidak lain dan tidak luput dari ketulusan dan ketajaman do'a seorang ibu , diiringi pengharapan yang sangat kepada Allah sehingga do'a tersebut bisa menembus lapisan langit ketujuh dan mengguncang Arsy-Nya Allah .
Subhanallah..!!
Jadi jangan sampai kita meremehkan do'a seorang ibu yaa, apalagi meremehkan ucapan seorang ibu ketika hendak menyuruh, bisa jadi ucapan nya itu sebuah do'a yang tak disengaja, Karena do'a seorang ibu itu tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah.
Lanjut ke penjelasan para Masyayikh kampus STIQ Zad mengenai pertanyaan "Bagaimana para ulama sukses mencetak sebuah generasi lewat lembaga pendidikannya?".
Saya lansir penjelasan dari Syaikhah Ummu Ahmed (Zaujatu Asy-Syaikh Saeed Al-kathiry) via chat WhatsApp .
"Menurut pengetahuan saya, dikarenakan keilmuan, ketaqwaan serta ketakutan mereka kepada Allah lebih banyak daripada kita yang hidup dizaman sekarang dan bersamaan dengan kehidupan di akhir zaman juga telah menjadikan fitnah merajalela di bumi, menyebabkan banyaknya manusia teperdaya oleh kenikmatan dunia khususnya gadget yang dengannya sedikit demi sedikit merubah sikap seorang muslim menjadi lalai dalam beribadah kepada Allah. Dan ini sudah terbukti oleh hadits Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam : "Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian orang-orang yang hidup sepeninggalku (yaitu Tabi'in), kemudian mereka yang hidup sepeninggalnya (Tabi'ut tabi'in)".
Dilanjutkan dengan penjelasan kedua yang datang dari dosen kami pengampu mata kuliah Qiraat dan Tafsir yaitu Al-Ustadz Asy-Syaikh Fajrul Islam Lc. MA.
Berikut penjelasannya :
"Karena mereka memiliki keikhlasan dan keistiqomahan serta mengaplikasikan Sunnah Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam dalam mendidik generasi nya. Maka tak heran jika anak-anak didikannya bisa menjadi manusia yang memiliki kedudukan tinggi di hadapan ummat".
Dan penjelasan terakhir ditutup oleh perkataan Syaikh pengampu mata kuliah Tafsir Ijmali di semester 4.
Ya Beliau bernama Syaikh Nabil.
Berikut penjelasannya :
" Mengapa para ulama sukses mencetak sebuah generasi lewat lembaga pendidikannya ?".
Pertama karena mereka adalah orang-orang Rabbani yaitu orang-orang yang mengenal Allah serta beribadah kepada-Nya dengan kesungguhan, bersamaan dengan itu juga Allah berikan kemudahan dalam mendapatkan ilmu sehingga mereka bisa mengajarkan ilmu tersebut kepada yang lainnya.
Yang kedua karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mengikuti jejak Salafu Shalih, dengan begitu Allah menerima ilmu mereka beserta amalan-amalannya. Maka muncul lah dari hasil didikannya generasi-generasi terbaik yang diawali dari generasi shahabat, kemudian muncul dari didikannya generasi Tabi'in dan dari didikannya muncul lagi generasi Tabi'ut tabi'in.
Dan poin terakhir karena mereka senantiasa menggabungkan antara ikhlash serta beramal dengan ilmu dalam pendidikannya. Dengan begitu Allah menjadikan mereka manusia-manusia yang bisa bermanfaat untuk ummat nya. Wallahu a'lam bishowwab".
Naah dengan poin-poin di atas, maka setiap lembaga seharusnya menetapkan suatu aturan dalam pendidikannya berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta berada pada manhaj nubuwah dengan menempuh jejaknya para Shohabah dan Salafu Shalih.
Dan mungkin sudah jelas penjabarannya terkait beberapa faktor yang bisa menciptakan suksesnya suatu generasi. Dan dari poin-poin tadi, bisa juga dijadikan bahan atau bekal suatu lembaga dalam mengupgrade kualitas generasi nya.
Penulis : wilda sania
Editor : Auleeya khan
Komentar
Posting Komentar